Tema tulisan:pewarnaan alami pada pakaian
Judul :pewarnaan indigo alami di hill tribe Vietnam
Indigo dye digunakan suku minoritas di desa kecil dekat Sa pa untuk menunjukkan ciri khas sukunya melalui baju adat. Suku H’mong (baca; moung), yang mudah anda temui di desa sekitar Sa pa mengenakan baju adat berwarna hitam dan biru yang diselimuti percampuran antara katun serta rajutan akar Cannabis.
Ya, pada dasarnya suku H’mong menggunakan daun Cannabis untuk keperluan medikal dan menggunakan akarnya untuk diolah menjadi bahan pakaian. Inilah yang menjadi khas dari suku ini karena bahan pakaian rajutan akar Cannabis hanya bisa ditemui di desa ini dan bahan ini tidak untuk dibawa keluar desa (katun Indigo dari desa ini memang menjadi bahan ekspor, tapi untuk yang berbahan dasar Cannabis tidak untuk dibawa keluar desa). Pada kesempatan ini saya beruntung untuk bisa menyaksikan dan berbincang-bincang dengan Indigo dye master suku H’mong. Setelah berjalan kurang lebih 12 km, 6 jam, medan sulit berbukit-bukit yang licin, dan udara yang dingin (+/- 5 derajat celcius) akhirnya saya sampai di perkebunan terpencil sekitar Sa pa. Tempat proses Indigo dye tidak begitu besar, hanya gubuk kecil 5×5 meter, bak besar yang berisikan air bersih, 2 wadah besar berdiameter sekitar 140cm/ tinggi 100cm dari kayu tebal, dan jejeran bambu untuk menjemur bahan yang sudah selesai direndam.
Dengan begitu teknik pewarnaan seperti di Vietnam tadi bias menjadi acuan bagi para produsen pakaian sebagai [enjagaan mutu dan kualitas produk pakaian mreka serta warna yg tak mudah pudar ketika dicuci serta digunakanberkali kali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar