Selasa, 28 Desember 2010

Kakek Pembuat Armada AL Dengan Batang Korek Api

62 Tahun Mengerjakan 432 Replika Kapal Perang. LUAR BIASA! Dua kata itu pantas ditujukan pada kekek Philip Waren, 79, yang berhasil menciptakan sebuah karya spektakuler dari kotak dan batang korek api. Melalui kotak dan batang korek api itu, kakek Waren berhasil menghadirkan suasana perang laut pada Perang Dunia II yang didominasi oleh armada laut Inggris Raya. Yang tak kalah menakjubkan, replika armada perang ini dibuat selama 62 tahun, lengkap dengan detail serta aksesorisnya termasuk armada pesawat tempur. Karya Waren yang mengundang decak kagum semua orang ini, dipamerkan di Museum Nothe Fort Museum, belum lama ini.

Awalnya kakek Waren membuat replika angkatan perang Inggris ini untuk mengisi waktu luang. Di sela-sela waktu luangnya dia pun menyusun satu demi satu batang korek api untuk membentuk sebuah kapal perang. Total koleksinya adalah 432 kapal, termasuk di dalamnya 60 kapal perang Amerika.

Dia tak menyadari kalau tengah memvisualkan sejarah, khususnya aksi armada perang Inggris Raya tahun 1945, lewat kotak dan batang korek api. Untuk mendapatkan bentuk sesuai aslinya, Waren juga melakukan studi pustaka serta menyaksikan berbagai pameran sejak tahun 1953.

Secara keseluruhan Waren telah menghabiskan 650.000 korek api untuk menciptakan kapal kapal berskala 1:300. Dari karya Waren itu juga dapat dilihat betapa tingginya tingkat kesulitan pembuatan kapal tersebut, yang tidak hanya mirip kapal sungguhan tapi juga sangat detail, di antaranya, kapal-kapal perang HMS Ark Royal, HMS Belfast dan HMS Sheffield, juga kapal-kapal perang Amerika, termasuk kapal induk USS Nimitz yang merupakan kapal induk dengan armada terbesar. Tak ketinggalan, Waren juga menciptakan 16 kapal selam, yang jika diletakkan di atas taplak meja akan terkesan kapal selam itu tengah mengambang di air.

Agar makin menghidupkan suasana, Waren menciptakan 1.200 model pesawat. "Saya mulai membangun armada kapal perang Inggris ketika berusia 17 tahun. Seperti umumnya pada masa itu, saya menggunakan material dan peralatan seadanya saja. Material yang paling mudah didapat adalah korek api dari kayu. Karena pada masa itu korek api banyak digunakan. Setiap orang pasti memilikinya,” ungkap Philip Waren, mantan direktur sebuah perusahaan di Blandford Dorset.
Waren memulai perakitan kapal kapal itu pada tahun 1948. Ia hanya menggunakan alat-alat sederhana seperti silet, pinset, amplas untuk mengukir kotak korek api. Potongan-potongan kayu kecil itu kemudian direkatkan dengan lem PVA.

Rata-rata tiap kapal dibangun dengan menggunakan 1.500 batang korek selama tiga bulan. Namun untuk ukuran kapal lebih besar dan lebih rumit, Waren membutuhkan 5.000 batang korek dan 200 kotak, dengan masa pengerjaan sekitar satu tahun. Model terbaru adalah HMS Daring, kapal perusak Angkatan Laut Royal terbaru yang telah secara resmi bertugas pada bulan Juli.

Namun agaknya Waren yang mantan Direktur sebuah perusahaan di Blandford, Dorset, terpaksa menghentikan hobi yang ditekuninya sejak usia 17 tahun. Bukan karena merasa usianya telah sepuh atau bosan atau kehilangan minat untuk mengembangkan kreativitasnya, melainkan karena material untuk membuat replika kapal-kapal itu, makin sulit didapat. Pasalnya, perusahaan pembuat korek api dari kayu sudah tidak lagi memproduksi jenis korek api semacam itu.

”Aku melihat kapal-kapal perang pada PD II, bahkan setelah perang usai. Karena itu, saya tidak hanya membangun kapal-kapal model PD II tapi juga kapal-kapal perang modern. Saya memiliki koleksi 330 model dan berencana membangun 400-an model. Sebenarnya saya telah mencapai target itu (400 model) tapi sekitar 50-60 kapal hancur karena berbagai sebab.

“Sebagian besar karya saya adalah kapal perang Inggris, lalu 60 kapal Amerika, serta beberapa kapal negara lain. Secara keseluruhan saya membuat model kapal dari 20 negara,” katanya sembari menambahkan, model-model ini dibuat berdasarkan gambar dan foto-foto asli dari kapal itu. “Ketika saya mulai membuat, kapal hanya dilengkapi dengan senjata biasa, tapi sekarang telah berubah, kapal menggunakan rudal serta radar-radar,” ujarnya.

“Tanpa saya sadari, sepertinya telah membangun museum sejarah kapal. Direktur museum mengatakan pada saya bahwa koleksi saya sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi. Tapi saya tidak akan menjualnya. Ini tidak diasuransikan karena tujuan asuransi adalah untuk menggantikan sesuatu ketika Anda kehilangan mereka. Dan ini tidak pernah bisa digantikan,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar